OKESULSEL.COM, JAKARTA - Akademisi nasional asal Kepulauan Selayar, Prof. Dr. Muhammad Sabri AR, M.A., tampil sebagai pembicara utama dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Divisi Humas Polri di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Senin (23/6). Kegiatan ini mengangkat tema strategis: “Meningkatkan Integritas dan Profesionalisme Polri melalui Penguatan Internalisasi Tribrata dan Catur Prasetya dalam Menghadapi Tantangan Global Menyongsong Indonesia Emas 2045.”
FGD dibuka secara resmi oleh Karo PID Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Tjahyo Saputro, dan menghadirkan berbagai narasumber nasional dari kalangan akademisi dan pejabat tinggi Polri.
Dalam paparannya, Prof Sabri, yang saat ini menjabat Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP RI), menekankan pentingnya penguatan jati diri Polri sebagai Bhayangkara sejati melalui internalisasi nilai-nilai Pancasila dan semangat Tribrata.
“Tribrata bukan sekadar semboyan, melainkan harus menjadi jiwa hidup insan Bhayangkara. Nilai-nilai Pancasila harus tampak nyata dalam pelayanan dan sikap Polri terhadap masyarakat, terlebih dalam menghadapi tantangan global,” tegas Prof Sabri dengan nada penuh penekanan.
Kegiatan ini juga diikuti secara daring oleh jajaran Polres Kepulauan Selayar dari ruang vicon Mapolres di Benteng, yang dipimpin langsung oleh Kapolres AKBP Adnan Pandibu, didampingi Wakapolres Kompol Kaharuddin serta para pejabat utama.
Tak hanya dihadiri unsur internal Polri, FGD ini juga melibatkan berbagai tokoh masyarakat, akademisi, dan mahasiswa. Di antaranya hadir mantan Wakil Bupati Kepulauan Selayar H. Saiful Arif (mewakili Muhammadiyah), tokoh agama H. Muhammad Natsir, serta perwakilan dosen dan mahasiswa dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan Institut Teknologi Sains dan Bisnis Muhammadiyah (ITSBM) Selayar.
Sebagai informasi, Prof Sabri, kelahiran Selayar 1971, dikenal luas sebagai pemikir kebangsaan dan tokoh pendidikan nasional yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai forum akademik dan kenegaraan. Ia juga menyandang gelar Maheswara Utama sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam penguatan ideologi negara.
FGD ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif yang melahirkan sejumlah rekomendasi penting dalam membentuk karakter Bhayangkara Indonesia yang berintegritas, profesional, dan berlandaskan nilai luhur bangsa menjelang visi Indonesia Emas 2045.
(Dal)